Hari jumat 25 Maret 2016 adalah hari libur, karena Wafat Yesus Kristus. Otomatis sebagai seorang pekerja dan mengetahui tanggal merah, maka saya akan bangun siang dan bermalas-malasan tak seperti hari—hari biasanya. Sekitar pukul 10 pagi saya bangun, dan hal pertama yang saya check adalah handpone. Sudah lama saya tak membuka aplikasi Facebook, maka di pagi yang malas itu saya membukanya. Kemudian kegiatan saya adalah scroll terus menerus dan terhanyut oleh dunia media sosial satu ini.

Tak berapa lama saya menemukan sebuah pamflet gigs dari akunnya Sosial-Sosial Punkrock bahwa hari itu ada sebuah gig “Satu Sempak Vol. 2, Narcolaptic tour”. Acara ini dihelat di GF Punx Club, Jalan Blora, Menteng. Di gig tersebut menampilkan 3 band punk. Diantaranya adalah Sosial Sosial, Bunga Hitam dan Narcolaptic. Nama terakhir adalah band dari benua Eropa, tepatnya dari negeri Jerman. Akan tetapi tempat gigs tersebut di dalam pub, maka untuk kapasitasnya hanya 300 orang. Kemduian ada info juga tiket tidak dijual di tempat acara.

Maka jalan satu-satunya adalah saya langsung mengontak bang Seal – Sosial Sosial untuk menanyakan apakah tiket masih tersedia atau tidak. Tak menunggu lama, ia menjawab “Ada”. Saya langsung semangat dan menjawabnya, “1 tiket untuk gua boss”. Begitulah, simpel.

Sekitar pukul 6 sore saya sudah di lokasi gig. Namun belum memegang tiket. Kemudian saya kembali mengontak bang Seal, menanyakan keberadaannya dan ia menjawab sudah di dalam. Ia melanjutkan “tanya ke Pentul aja bit kalo mau beli tiket”. Saya mencari bang Pentul dan tidak ketemu, kemudian saya bertanya lagi ke Seal, “mana nomornya?” ia menjawab “Liat aja di depan bit, gua gak save no Pentul”. Okelah pikir saya.

Sembari mencari bang Pentul, saya memperhatikan para punkers yang datang. Banyak yang bergerombol. Antara 4 sampai 6 orang. Ada yang berpiercing, mohawk, badan penuh tattoo serta mengenakan kaos band-band kebanggan mereka dan ada pula yang hanya mengenakan kaos serta celana jeans penuh emblem. Kemudian saya ditanya tukang parkir. “darimana bang?” “Kemayoran!” jawab saya singkat. Lantas tukang parkir itu melanjutkan omongannya, “wah dari mana-mana ya ternyata, tadi ada yang dari Rawa Belong, Kalimalang dan lain-lain. Emang tahu acaranya darimana?” saya segera menjawab, “dari internet bang”.

Tak terlalu makan waktu lama untuk menemukan bang Pentul si gitarisnya bunga hitam tersebut. Ia berada di depan pub dan sedang bincang-bincang dengan para personil Narcolaptic yang dari Jerman itu. Saya tak enak untuk menegornya karena beliau asik ngobrol dan dengan bahasa inggris pulak. Dengan agak mengganggu saya bertanya “Bang Pentul, kata bang Seal gua suruh nemui lo, mau beli tiket”. “lo ketemu Sawor aja bro, dia di depan Alfamidi, di sini soalnya gak boleh jualan (tiket)”. jawabnya. Oke saya langsung menuju ke Sawor, untuk membeli satu tiket dan langsung menuju ke dalam pub.

sosial sosial di satu sempak vol 2
sosial sosial di satu sempak vol 2

Saya masuk, Sosial Sosial sudah main dengan lagunya yang berjudul “Hai Punk”. Suasana sudah ramai. Namun yang berpogo masih beberapa orang dan masih belum “panas”. Saya langsung merangsek di sebelah kiri panggung dan ikut sing a long dengan kawan-kawan semua. Seal dengan memakai topi feodora terlihat berbeda dengan biasanya. Dan ia tak memakai jaket andalannya itu. Setelah satu lagu usai, dilanjut dengan beberapa lagu seperti “Buktikan”, “Zamrud Khatulistiwa” “Demokrasi Ujung Tai”. Di sela-sela setiap lagu usai, Seal selalu berorasi layaknya sedang “demonstrasi” tentang keadaan politik Indonesia hari ini. Pun juga menyinggung tentang demo beberapa waktu lalu oleh para sopir taxi konvensional itu.

Kalau tak silap Sosial Sosial membawakan 12 lagu. Selain yang saya sebut di atas, beberapa lagu diantaranya adalah “Yang Tua Yang Berambisi”, “Skinhead Kawanku” “Punk Rock Anarchy” “Darah Juang” dan “Kebodohan”. Suasana semakin ramai dan sesak oleh penonton. Banyak yang naik panggung dan ikut bernyanyi bersama. Lagu “Sedulurku” mengakhiri Sosial sosial malam itu. Rasanya saya sudah lama tak melihat mereka main. Sebelumnya saya melihat di sekitar tahun 2013-an awal di daerah Bintaro. Seal juga mengatakan bahwa “semoga setelah lebaran tahun ini, Sosial sosial akan rilis albumnya yang ke-empat, karena banyak teman-teman yang menanyakan kapan album keluar dan sebagainya”.

Sosial sosial usai, dilanjut dengan Narcolaptic. Narcolaptic ini sedang mengadakan turnya. Menurut info yang saya dapat dari laman webnya, mereka sedang tur yang bertajuk “SOUTHEAST ASIA TOUR”. Dan untuk memepromosikan album terbarunya yang dirilis pada februari silam, Hypocretin (Album, Antikörper Export). Dalam tur tersebut terdapat 4 negara yang mereka sambangi. Diantaranya adalah Thaliand, Singapore, Malaysia dan terakhir Indonesia. Dalam rangkaian tur tersebut  tanggal 25 Maret di Jakarta itu adalah rangkain tur terakhirnya di South East Asia Tour. Untuk di Indonesia sendiri, beberapa kota yang dikunjungi oleh Narcolaptic adalah Batam, Medan, Tanjung Balai dan lain-lain.

Narcolaptic malam itu bermain dengan sangat atraktif. Gebukan drum yang sangat asik dan permainan gitar yang enak didengar membuat para penonton berpogo-ria dan jingkrak-jingkrak. Saya tak terlalu kenal dengan band ini, dan baru pertamakali melihat aksi panggungnya. Namun yang saya suka gitarisnya bermain dengan penuh penghayatan, drummernya menggebuk dengan semangat dan kelihatannya mereka sangat senang bermain di Jakarta. Yang perlu diketahui juga, sang vokalis cum bassist pada saat main ia mengenakan t-shirt band Bunga Hitam. Dan juga gitarisnya mengenakan tshirt band dari Indonesia.

 narcolaptic di satu sempak vol 2 - Jakarta
Narcolaptic di satu sempak vol 2 – Jakarta

Sementara sebelum Narcolaptic main, saya berada di samping perempuan bule dari Jerman dan temannya. Saya yang belepotan berbahasa inggris ini ingin sekali sedikit mewancarai mereka tentang scene-punk di Jerman dan perkembangan musik di sana dan sebagainya. Akan tetapi, niat tersebut saya urungkan karena ya itu tadi, i can’t speak english yang baik. Hehehe.

Beberapa lagu dibawakan oleh Narcolaptic, entah berapa lagu saya lupa menghitungnya. Yang pasti para punkers meneriakkan “we want more!” ketika mereka mau memungkasi aksi panggungnya.

***

Band yang ditunggu-tunggu pun keluar juga. BUNGA HITAM. Ya, band coreng moreng itu akhirnya naik panggung. Setelah para penonton agak lama menunggu karena kata Seal Sosial sosial mereka sedang mencoreng-coreng muka mereka “mereka (para personil) jelek-jelek, ditambah di-coreng-coreng mukanya” tentu ini hanya becandaan Seal saja.

Si biduan naik panggung, diikuti gitaris dan personil lainnya. Suasana di dalam pub semakin sesak. Tak ada ruang yang tersisa. Kepulan asap rokok dicampur dengan bau alkohol membuat suasana malam itu benar-benar “pecah”.  Lagu pertama yang mereka bawakan adalah “Dukung yang Berikutnya”. Akan tetapi sebelum lagu tersebut itu dimainkan bang KR (vokalis) menyanyikan lagunya Benyamin S, yang berjudul Hujan Gerimis, namun tak sampai akhir. “Dukung yang berikutnya” membuat pub malam itu seakan menjadi ajang pesta bersama para punkers. Sing a long dan pogo-pogo yang tak ada hentinya.

Punk bicara tentanng kebersamaan
Yang membuat kita bersatu dan kuat
Punk bicara tentang kebebasan
Kontrol diri tanpa norma yang menjerat
 
Generasi punk yang merah membara
Mengharap dukungan kita semua
Kebersamaan yang kita jalankan
Kan membuat mengerti semua
 
Punk bicara tentang kebersamaan
Punk bicara tentang kebebasan.

Malam itu bang KR seperti menjadi raja panggung. Lagu demi lagu terus dimainkan oleh Bunga hitam. Tak ada jeda sama sekali, sekalipun jeda karena mereka bingung ingin membawakan lagu berikutnya berjudul apa. Biasanya bang KR sang biduan ini sering berorasi dalam aksi panggungnya, malam itu berbeda malah ia berkata “gua gak akan banyak bicara, karena kalian sudah bisa bicara dan banyak orang yang bicara” kalau saya tak salah dengar. Namun, ia juga menyisipkan kalimat kekecewaannya atas gig 20 Maret waktu lalu karena Total Chaos tak hadir. “Narcolaptic berbeda dengan Total Chaos!” katanya dengan lantang. “dan Total Chaos band yang manja” lanjutnya.

Di tengah aksinya tersebut bang KR melepas kaosnya. Situasi menjadi hingar bingar. Para penonton seperti “terhipnotis” akan lagunya Bunga Hitam. beryanyi bersama dan mayoritas yang datang sudah hapal dengan semua lagu yang dibawakan. Bunga Hitam tak sekadar band punk. Namun mereka lebih daripada itu. Lirik-lirik lagunya banyak mengandung protes dan sangat satir. Liriknya tak sekadar ramuan kata demi kata, namun lebih dari itu. Liriknya jika dihayati satu persatu akan mengerti arti punk yang sebenarnya.

Beberapa lagu yang mereka bawakan diantaranya adalah seperti “Persembahanku” “Lawan Kemiskinan” “Pelacur” dan masih banyak lainnya. Bunga Hitam memungkasi dengan “Jual Idealismu”. Setelah lagu selesai, bang KR berkata “gua sangat berterimakasih kepada kalian semua, gua yang bersujud kepada kalian” di saat ia berkata seperti itu dia berkali kali sujud menghadap ke penonton.

bunga hitam
Bunga hitam di satu sempak vol. 2
Bunga hitam di satu sempak vol. 2
Bunga hitam di satu sempak vol. 2

Acara usai pada pukul 10 malam. Namun susasana di dalam pub masih ramai, dan seperti dalam pertunjukkan-pertunjukkan lainnya, banyak penonton yang meminta foto kepada para personil Bunga Hitam, Sosial sosial, Narcolaptic dan bahkan crew atau bule yang dari Jerman.

Malam itu acara berjalan dengan baik. Tak ada yang ribut dan pogo masih terkontrol. Walaupun banyak yang naik panggung, namun itu adalah bentuk loyalitas para penonton dan serta betapa antusiasnya mereka.

Malam itu saya pulang dengan perasaan puas. Kaki serta badan lemas. Rasanya tenaga saya tak kuat untuk melangkahkan kaki menuju parkiran dan menuju rumah.

Bisa dikatakan acara malam itu sukses!! ya, SUKSES!

Tetap di jalanmu, punk! Oi! Oi!