Selamat tahun baru 2015
[ dan ingatan tahun 2014 tentang penegakan HAM di Indonesia]
Yeiiii!!! Tahun 2015 telah datang. Setelah meninggalkan tahun 2014 yang keras, menggembirakan sekaligus membosankan, tahun dimana dunia perpolitikan di Indonesia sangat bergejolak, karena pemilu presiden, panas! Hantam menghantam antar kubu di dunia maya maupun nyata, fitnah yang terus diluncurkun serta dilakukan secara masiv dan sistematis hingga menjadi kebenaran sesat. Teman, sahabat, keluarga menjadi bermusuhan karena perbedaan pilihan politik dan segala macamnya. Mari kita tutup tahun 2014 dengan mengenang kejadian-kejadian yang terjadi dan menjadi sebuah pelajaran bagi kita semua. 2014 telah usai, tahun dimana pergantian pemimpin di Indonesia menjadi sangat riuh-rendah di media sosial, warung kopi serta di gedung perkantoran. 2014 telah kita tutup dan rasanya masih berderet-deret ketaksempurnaan yang telah terjadi. Saya akan membahas sedikit kekurangan-kekurangan atau kritikan terhadap pemerintahan Indonesia yang baru dipimpin oleh presiden Joko Widodo atau yang biasa kita sapa Pak Jokowi.
Pemerintah dalam penanganan Hak Azasi Manusia! Di penghujung tahun 2014 kemarin, kita semua tahu bahwa masyarakat Papua (Paniai) terus menerus ditindas dan tak dihargai kehidupan layaknya manusia merdeka (sebenarnya bukan penghujung tahun saja sih, dari dulu juga sudah diperlakukan bak bukan manusia). Aparatur pemerintah yang dalam hal ini-yang-katanya-berani-mati-untuk-rakyat-dan-negaranya malah justru sebaliknya, masyarakat (Paniai) diburu dan disiksa semau udelnya hingga banyak yang menjadi korban dan meninggal karena kediktatoran negara, negara diam dan seakan membiarkan ini terjadi. Manusiakan Papua pak!
Masih dalam HAM, akhir tahun kemarin Pollycarpus Budihari Priyanto bebas. Sekali lagi, bebas! Ya, salah satu pilot senior Garuda Indonesia ini yang terlibat dan atau ikut merenggut paksa nyawa aktivis HAM Munir Said Thalib yang saat itu sedang terbang ke Belanda dengan racun arsenik. Oh ya, dengar lagunya Efek Rumah Kaca pak, yang berjudul “Di Udara”. Mayoritas sudah mengetahui bahwa otak pembunuhan itu atau dalang itu masih bebas dan tak diadili sebagaimana mestinya. Pembunuhan Munir yang sudah satu dasawarsa ini belum juga menemui keadilan, mau titik temu yang bagaimana? Dibunuh oleh negaranya sendiri, dan dengan atau dari biaya negara, kejahatan HAM yang sangat keji ini dilakukan oleh negara, kalau tidak diakui oleh pemerintah Indonesia, mana mungkin keadilan atau penegakan HAM di Indonesia akan terlaksana. Hal seperti ini saja, para aktor dan dalang pada cuci tangan, dan alih-alih mengakuinya, justru dibebaskan dan mungkin ini akan menjadi angin lalu yang sudah dilupakan oleh presiden Jokowi, yang sewaktu kampanye salah satu kampanyanye adalah penegakan HAM. Apalah arti kampanye, hanyalah omong kosong yang digaungkan, dan dipermanis agar masyarakat kepincut untuk memlihnya.
Lagi-lagi masalah HAM di negeri ini harus ditegakkan dan memang semestinya seperti itu. Pak presiden Jokowi yang terhormat, luangkan sedikit waktu anda untuk datang atau menemui para keluarga korban yang hilang dalam penegakan demokrasi atau penjatuhan rezim diktator Soeharto. Gampang saja pak anda menumuinya, setiap kamis sore keluarga korban, ibu-ibu serta puluhan aktivis Hak Asasi Manusia yang berpayung hitam dan serta berpakaian serba hitam ini selalu menunggu anda dan tetap konsisten menagih serta menanyakan anggota keluarganya dimana dan dimana. Benar, mereka mencari keluarganya yang hilang dan tak tahu dimana rimbanya, sudah 300an lebih “kamisan” ini dilakukan dan secara konsisten ibu-ibu menunggu anaknya yang hilang. Permintaan mereka sebenarnya gak muluk-muluk kok pak, jika anaknya meninggal, dimana kuburnya, jika masih hidup dimana keberadaannya sehingga statusnya jelas. Dan satu lagi, menuntut dan mengadili siapa yang terlibat dalam penculikan dan penghilangan aktivis-aktivis ini. Satu lagi lagu yang bagus untuk bapak dengar tentang Hilangnya atau penculik para aktivis ini pak, masih dari Efek Rumah Kaca yang berjudul “Hilang”.
Pemerintahan anda tak akan mau dikenang sebagai angin lalu dan dilupakan seperti pemerintahan sebelumnya yang melanggengkan itu terjadi kan ?! atau mau dicatat sejarah dengan tinta emas bahwa rezim anda adalah pahlawan bagi kemanusiaan, dan menghargai manusia sebagaimana layaknya manusia yang sesungguhnya dan menegakkan keadilan tanpa tebang pilih?. Pilihan ada di tangan anda pak, saya yakin bapak bisa melakukan ini, ya walaupun di sekitar anda penjahat-penjahat yang berlumuran darah masih saja berkuasa dan anda rangkul. Tapi pak, sampean adalah pemegang kendali di negeri ini, sampean adalah harapan bagi rakyat Indonesia kini. Rakyat sudah muak dengan janji-janji pemerintahan sebelummu. Jika anda mempunyai slogan “Kerja, Kerja,kerja” yang anda terus gaungkan ke rakyat setiap waktu. Maka saat inilah waktunya, gak perlu menunggu tahun 2015 ini berakhir, atau tahun-tahun selanjutnya. Selamat kerja Pak!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here