Sebagian besar, tidak akan ada yang memperkirakan bahwa Indonesia, dan bahkan dunia akan mengalami dampak pandemi COVID-19 separah ini. Jika ditilik di awal tahun, kisaran bulan Januari dan pertengahan Februari 2020, Indonesia masih aman-aman aja.

Bahkan, bisa dibilang virusnya gak bakal sampai ke Indonesia. Tapi, apa mau dikata, awal Maret 2020 menjadi babak baru bagi Indonesia dalam menghadapi Virus Corona atau coronavirus. Sejak diumumkan pasien pertama yang positif corona oleh Presiden Jokowi, hari-hari selanjutnya menjadi sangat waspada. 

Di awal Maret, aktivitas di Indonesia masih berjalan normal, meski dengan tingkat kewaspadaan yang mulai meningkat dan sudah ada yang positif. Tapi, itu tidak berjalan lama, di pertengahan Maret, situasinya berbeda. Ya, pemerintah telah mengimbau untuk meminimalisir kegiatan di luar untuk dikerjakan di rumah. 

Saat itu, semua menjadi kalang kabut. Sebagai pekerja, saya juga bingung. Meski sebelumnya saya sudah mengalami kerja dari rumah sebagai freelancer. Tapi, soal menghadapi pandemi yang diharuskan di rumah, akan sangat berbeda. Apalagi dengan mereka yang tidak membayangkan untuk kerja dari rumah, sepertinya perlu adaptasi dan effort yang lebih besar. 

Memulai Bekerja dari Rumah

Ketika Pemerintah mengimbau untuk kerja dari rumah atau work from home, di tempat kerja saya langsung menerapkan. Senin, 16 Maret 2020 tempat kerja saya sudah mulai bekerja dari rumah. 

Tanpa persiapan yang matang, bahkan masih ada beberapa peralatan saya yang masih berada di kantor. Karena di hari Jumatnya, belum ada imbauan untuk kerja dari rumah, maka barang-barang tidak saya bawa ke rumah. Oh ya, laptop saya juga masih ada di kantor sampai sekarang. 

Untungnya, bidang pekerjaan tempat kerja adalah lebih besar ke digital atau online. Jadi, kerja dari rumah atau remote sangat memungkinkan dan tidak menjadi masalah besar, karena bisa jalan seperti biasa, meskipun semuanya harus adaptasi.

Beruntungnya bekerja di ranah digital adalah, di kala pandemi seperti sekarang pekerjaan masih lancar. Meskipun ada juga beberapa hal yang terkendala dan plan yang berubah total. 

Siap gak siap, kerja dari rumah adalah langkah paling tepat untuk dijalani. Maka, yang menjadi hambatan bagi saya adalah soal jam kerja, dan bagaimana membagi waktu. Hingga saat ini, sudah 1,5 bulan kerja dari rumah, saya rasa, saya belum bisa membagi waktu dengan tepat.

Manajemen waktu saya kacau. Kadang subuh sudah bekerja, kadang di jam kerja main sama anak, dan lain sebagainya. Meski jam kerja mulai dari jam 10-18, tapi saya belum bisa melakukannya dengan baik. 

Setiap hari terus berkorodinasi dengan tim dan kadang-kadang meeting online kami jalankan, sama seperti perusahaan-perusahaan lain yang menerapkan kerja dari rumah. Bedanya adalah, meski dari jam 10-18, tidak ada absensi di saat mulai kerja dan usai kerja.

Karena memang perusahaan masih kecil. Jadi, saat di jam kerja kalau ditanya menjawab atau online, itu sudah dianggap kerja. Tracking dan monitoring yang paling mudah dilihat juga dari Google Drive, recent edit dan sedang online atau tidak juga ketahuan. Gak kaku-kaku amat, yang penting pekerjaan selesai dengan waktu yang telah ditentukan. Sesimpel itu.

Tidak bisa membedakan waktu maupun hari

Betul, semenjak kerja dari rumah, tanggal merah, akhir pekan, dan hari kerja semuanya sama aja. Gak ada bedanya. Selain itu juga gak tau hari.

Jadi bisa dibilang juga capek. Karena sekarang setiap pagi sudah mulai bekerja. Apalagi di bulan Ramadan ini, hampir setiap selesai sahur, saya membuka laptop untuk bekerja. Efektif gak efektif harus dijalani, dievaluasi dan diperbaiki. Karena memang kondisinya seperti ini. Mungkin ini juga dihadapi oleh sebagian besar masyarakat. Adaptasi memang butuh waktu, oleh karena itu koordinasi dan manajemen waktu menjadi hal yang paling penting.

Bagaimana rasanya kerja dari rumah?

Saya dan istri meski bersebelahan, tapi tetap bekerja masing-masing
Saya dan istri meski bersebelahan, tapi tetap bekerja masing-masing. Engga, ini foto udah lama, tapi terkadang juga bisa kerja bareng seperti ini.

Kalau ditanya, ya campur-campur. Enaknya ada, gak enaknya juga banyak. Seperti yang sudah saya tulis di atas, bahwa masih belum bisa membagi waktu dengan tepat. Membuat saya masih beradaptasi, entah sampai kapan. 

Jadi, kegiatan di rumah selain bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, saya juga mencari informasi mengenai pandemi ini. Tentu, saya gak mau dapat informasi yang abal-abal. Oleh karena itu, saya selalu mencari rujukan yang terpercaya, seperti halodoc. 

Sebagai salah satu startup kesehatan di Indonesia, halodoc mampu diandalkan. Bagaimana tidak, banyaknya hoax di internet, membuat masyarakat menjadi semakin takut. Oleh karena itu, kita sebagai warganet harus mencari sumber terpercaya, salah satunya halodoc. Enaknya lagi adalah halodoc juga mendukung kita untuk langsung konsultasi dengan para dokter yang ahli di bidangnya.

Selain itu, kita juga bisa membeli obat-obatan melalui online di halodoc. Semoga pandemi ini lekas usai dan aktivitas berjalan normal seperti sebelum-sebelumnya. Oh ya, ini juga kali pertama saya akan melewati lebaran di tanah rantau.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here