Awal tahun 2018 lalu, adalah salah waktu yang terpenting dalam hidup saya. Tepatnya di pertengahan bulan Maret, saya bersama pacar (sekarang istri) melangsungkan pernikahan. Cukup sederhana. Tapi, setelah pernikahan itu, episode baru kehidupan kami dimulai.
Jika saya ditanya apakah sudah siap? Pasti akan menjawab “siap”. Tapi di balik kata tersebut, ada banyak kekhawatiran yang mengikutinya. Meski usia saya saat itu gak muda-muda amat, tapi yang namanya melangkah ke kehidupan yang baru, pasti rasa khawatir itu ada.
Menikah, menata hidup bersama
Setelah melangsungkan pernikahan di tempat istri, beberapa hari kemudian kami langsung ke Jakarta. Di sinilah kehidupan baru dimulai. Kehidupan rumah tangga tentunya berbeda saat kami masih pacaran. Meski sudah kenal, akan tetapi sifat, perilaku, dan semuanya baru terlihat aslinya setelah menikah. Jadi, pernikahan saya ya gak baik-baik amat, dan tidak mulus. Cekcok kecil pun ada, bahkan terkadang masalahnya dari hal yang sepele.

Sebagai suami, saya belajar banyak hal. Begitu pula dengan istri, ia juga demikian. Kami saling belajar agar rumah tangga berjalan dengan baik dan nyaman. Saya dan istri benar-benar belajar mandiri, sebab jauh dari orang tua. Jadi sebisa mungkin apa pun itu, dihadapi berdua.
Bulan demi bulan dilewati. Meski menjadi kepala rumah tangga, dan bertangggung jawab atas hidup istri, saya senang. Sebab, saya bisa berbagi cerita dengan istri, begitupun sebaliknya. Baik ketika ada masalah, berbicara tentang masa depan, dan hal-hal lain. Pada tahap ini, hidup saya menjadi berwarna. Dan tidak bisa memutuskan sendiri, karena bagaimanapun juga, setiap keputusan yang saya ambil, kini akan berakbat juga kepada istri saya.
Di awal pernikahan, mungkin sama dengan pasangan lain pada umumnya. Menata kehidupan bersama, dan meraih ‘goals’ bersama. Jika dilihat, memang mudah-mudah aja. Tapi, tidak semudah itu. Karena banyak masalah kecil maupun besar yang akan menghampirimu.
Menata berarti menyusun hal-hal yang sebelumnya kurang baik, diubah ke yang lebih baik. Hal ini sangat terhadap bagi saya. Misalnya hal-hal kecil seperti minum air putih, makan, begadang, dan lain sebagainya. Hal tersebut diingatkan oleh istri dan ditata ke arah yang lebih baik. Meskipun saya banyak bandenya.
Kabar gembira itu, datang
Usia pernikahan kami saat itu menginjak di bulan sembilan. Bukan, bukan bosan. Akan tetapi ada kabar gembira yang datang untuk keluarga kecil kami. Tak lain adalah, istri saya hamil. Bak disambar petir, pikiran saya ke mana-mana. Ada dua hal yang ada di kepala. Yakni senang dan sedih.
Senangnya adalah, dalam hitungan bulan kami akan memiliki buah hati. Betapa waktu berputar begitu cepat. Padahal, beberapa waktu lalu saya masih sekolah, kuliah (yang gak kelar-kelar) dan suka nongkrong, begadang.
Selain itu yang bikin sedih adalah, bagaiama jika saya tidak bisa menjadi ayah yang baik bagi anak saya nantinya. Apakah saya bisa menghidupnya dengan baik dan layak? Serta pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Akhirnya yang ditunggu, tiba
Usia kehamilan istri saya semakin hari semakin tua, akhirnya yang ditunggu tiba. Di bulan September 2019, istri saya melahirkan. Tangisnya pecah, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Seorang bayi perempuan lahir di dunia. Saya yang menunggu di depan ruang operasi mendengar tangisan untuk pertama kalinya dengan jantung yang berdegup lebih cepat. Senang sekali.
Hari itu menjadi hari yang sangat bersejarah bagi keluarga kecil kami. Ya, hari di mana pelengkap kebahagiaan keluarga hadir untuk mewarnai rumah tangga. Senang!
Jika ditanya gimana rasanya? Campur aduk! Saya memiliki anak. Ya, saya terkadang belum bisa percaya dengan kondisi ini.
Fokus kerja, untuk keluarga
Setelah kelahiran anak, saya resmi menjadi ayah. Hal ini membuat saya, saat ini lebih berhati-hati dalam segala hal. Apa pun itu. Sebab, ada anak dan istri yang menjadi bagian dari hidup.
Jika dulu saya bisa dibilang seenaknya, kini kata tersebut tidak berlaku dalam hidup saya, untuk saat ini dan ke depannya. Karena saya menjadi kepala keluarga, memiliki tanggungjawab penuh atas hidup istri dan anak saya.
Selain itu, saya juga lebih fokus dalam pekerjaan. Karena, gak bisa bohong, semua memerlukan uang. Memang gak semuanya, tapi uang salah satu mesin untuk menggerakan roda kehidupan rumah tangga.
Sebelum kelahiran anak, memang saya dan beberapa teman sedang membangun usaha kecil-kecilan. Bisa dibilang, hampir sebagian besar rumah tangga saya tergantung dengan usaha tersebut. Fokus. Adalah satu kata yang harus saya jalani. Secara konsisten.
Jaga diri, jaga keluarga
Ternyata fokus di pekerjaan dan rumah tangga saja tidak cukup. Sebab aktivitas di tempat kerja yang lumayan padat, harus diimbangi dengan yang namanya perlindungan. Hal ini agar masa depan keluarga saya bisa lebih baik. Tidak cukup perlindungan saja, akan tetapi juga investasi.
Jujur saja, saya belum pandai dalam mengatur keuangan. Jadi, ketakutan saya di masa depan tidak memiliki apa-apa itu sangat wajar. Namun, yang membuat saya lega adalah, ketika saya baca-baca mengenai perlindungan diri, saya menemukan produk asuransi dari Manulife yang baru saja diluncurkan yakni MiSSION (MiSmart Insurance Solution). Tidak hanya perlindungan diri saja, MiSSION merupakan produk solusi 3 in 1, di antaranya adalah perlindungan jiwa, investasi, dan solusi perlindungan kesehatan, yang terdiri dari beragam keunggulan, yaitu:
Perlindungan tambahan untuk kesehatan (MiSHC) yang memberikan:
- Penggantian biaya medical sesuai tagihan
- Pilihan manfaat yang lengkap untuk setiap kalangan masyarakat
- Manfaat Tahunan Tambahan untuk 4 Penyakit Khusus: Kanker, Serangan Jantung, Gagal Ginjal, dan Transplantasi Organ
Mengapa saya tertarik dengan produk MiSSION adalah, meski produk ini menyasar berbagai kalangan, tapi yang diutamakan untuk menggunakannya adalah para generasi millenial. Saya, termasuk salah satunya.
Selain itu, preminya juga sangat terjangkau bagi generasi milenial, yakni mulai dari Rp4 juta per tahun. Artinya, dalam sebulan gak sampai Rp350.000. Padahal biaya paket data atau ngopimu lebih dari itu. Sangat terjangkau, dan tepat untuk generasi milenial seperti saya. Produk ini juga dilengkapi dengan manfaat loyalitas yang akan dibayarkan sesuai dengan ketentuan polis, yaitu sebesar 50% di Akhir Tahun Polis ke-10 dan 700% di Akhir Tahun Polis ke-25.
Jika kamu juga tertarik dengan produk MiSSION dari Manulife, kamu bisa ke halaman websitenya di http://www.manulife.co.id/ atau bit.ly/wujudkanmissionmu
Generasi Millennial, melek finansial
Seperti yang saya ungkapkan di atas, bahwa saya sangat minim pengetahuan dalam mengatur keuangan. Saya hanya tahu sekadar, saja. Padahal, literasi keuangan ini salah satu hal yang sangat penting bagi masa depan keluarga kami.
Oleh karena itu, sebisa mungkin saya belajar demi sedikit mengenai keuangan. Dari mana saja, yang saya anggap terpercaya.
Di sisi lain, menurut “Inklusi Keuangan Untuk Semua” generasi milenial dalam memilih produk keuangan ternyata ada beberapa jenis produk keuangan, setidaknya terdapat 5 jenis. Di antaranya adalah produk tabungan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, kartu kredit, asuransi kendaraan, dan asuransi pendidikan.

Melihat infografis ini, sangat menarik untuk dibahas. Nyatanya, generasi milenial hampir setengahnya sudah melek dengan produk asuransi. Bahkan produk asuransi kesehatan dan jiwa berada di peringkat 2 dan 3. Artinya, semakin hari literasi keuangan generasi milenial semakin baik.
Balik lagi soal menjadi ayah, saya harus benar-benar bisa mengatur keuangan untuk masa depan. Dengan salah satu produk dari Manulife tadi, menjadi salah satu langkah saya untuk melindungi masa depan keluarga. Semoga teman-teman saya, para generasi milenial lebih sadar lagi dalam literasi keuangan.
Mantap pak semoga langgeng bahagia selalu
“Karena, gak bisa bohong, semua memerlukan uang.
Memang gak semuanya, tapi uang salah satu mesin untuk menggerakan roda kehidupan rumah tangga.”
SETUJU…
Benar. Uang memang bukan segalanya. Tapi segalanya akan jauh lebih mudah dengan memiliki uang.
Tulisan yang jujur dan mengedukasi para bapak – bapak rumah tangga untuk FOKUS menjadi kepala keluarga yang baik.
Dulu pernah apatis banget sama financial long-term planning apalagi soal asuransi. Sampai pas lagi Busines trip, ketemu sama kolega yang senior banget, tahun ini mau pensiun. Cerita panjang lebar tentang manfaat asuransi. Disitu jadi melek banget sih. Emang asuransi itu kudu disiapin.