Hari ini, 71 tahun lalu Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Proklamasi itu dibacakan oleh si bung, Bung Karno pada pukul 10 pagi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Menteng, Jakarta. Sejak saat itu, 17 Agustus menjadi hari yang sakral bagi Indonesia, buat bangsa Indonesia. Ia menjadi penanda bahwa Indonesia merdeka. Bebas dari penjajahan Jepang, dan sebelumnya oleh negara Belanda.

Pembacaan Teks proklamasi tersebut juga karena desakan-desakan golongan muda, dengan aksi penculikannya terhadap Soekarno dan Hatta (golongan tua) . Siapakah golongan tua? golongan tua disini adalah Soekarno, Hatta, Achmad Soebardjo. Kemudian untuk golongan muda sendiri ialah Wikana, Adam Malik, Chaerul Saleh, Suroto Kunto, Subadio dan Aidit. Nama terakhir adalah ketua PKI terakhir dan sering disebut dengan D.N Aidit.

Jadi jika beberapa hari terakhir sedang ramai dengan adanya lukisan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta berupa lukisan yang mirip dengan Aidit dan pada akhirnya lukisan tersebut diturunkan oleh pihak bandara, kok rasanya gak paham dengan sejarah Indonesia.

 

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa

Seperti kita ketahui bersama, dalam pembukaan UUD 1945 yang kita dengarkan waktu upacara setiap hari senin di sekolah dulu bunyinya “Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Saya yakin, banyak yang hapal dengan kalimat tersebut. Karena seminggu sekali dulu ketika di sekolah kita mendengar kalimat itu. Namun apakah kalimat sakti tersebut berlaku? saya akan menjawab dengan cepat ; tidak!

 

Merdeka, hanya sebuah kata

Dengan kemerdekaan Indonesia yang sudah memiliki umur 71 tahun. Rasa-rasanya negara ini masih jauh dalam hal merdeka. Independence? Ah yakin? Pasalnya, rakyat di negeri ini sehari-harinya masih ditindas. Dimana-mana penindasan terjadi. Mulai dari perbedaan keyakinan, dan beberapa waktu lalu kawan-kawan Papua yang menyuarakan suaranya dengan damai tapi berujung dengan kekerasan oleh pihak berseragam. Seakan kemerdekaan di Indonesia ini sangat mahal harganya.

Memang benar, secara defacto & dejure, Indonesia sudah merdeka. Akan tetapi, negara ini dijajahnya berbeda dengan sebelum tahun ’45. Saat ini kita dijajah oleh bangsa sendiri. Mana lawan, serta kawan seakan susah untuk dibedakan.

 

Melihat masa depan Indonesia

Sejak 1945, Indonesia dipimpin oleh beberapa presiden. Hingga saat ini, yang sudah merasakan tampuk kepresidenan Indonesia berjumlah 7 orang. Walaupun berganti-ganti, jika masih pola pikir penguasa dan pemerintahan seperti orba, rasa-rasanya Indonesia masih akan dan terus begini-begini saja. justru akan terus ditindas. Saya tidak pesimis, akan tetapi saya melihat kenyataan hari ini. Belum lagi dengan generasi muda yang semakin parah attitude-nya. Duh, kok negara ini seperti jadi kutukan.

 

Mengutip dari puisinya Widji Thukul, yang dibuat pada Agustus 1982 berjudul

“Puisi Kemerdekaan”

Kemerdekaan adalah nasi

 dimakan jadi tai.